loading...
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Sekolah : SMA …..
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas/Semester : XII / 6
Materi Pokok : Kritik Sastra dan Esai
Alokasi Waktu : 3 Minggu x 4 Jam Pelajaran @45 Menit
A. Kompetensi Inti
· KI-1: Menghayati dan mengamalkan pedoman agama yang dianutnya
· KI-2:.Menghayati dan mengamalkan sikap jujur, disiplin, santun, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), bertanggung jawaban, responsif, dan pro-aktif dalam diberinteraksi secara efektif sesuai dengan perkembangan anak di lingkungan, keluarga, sekolah, masyarakat dan lingkungan alam sekitar, bangsa, negara, tempat regional, dan tempat internasional”.
· KI 3: Memahami, menerapkan, dan menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya ihwal ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan talenta dan minatnya untuk memecahkan masalah
· KI4: Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah ajaib terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, bertindak secara efektif dan kreatif, serta bisa menggunakan metode sesuai kaidah keilmuan
B. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi
Kompetensi Dasar | Indikator |
3.12 Membandingkan Koreksi sastra dan esai dari aspek pengetahuan dan pandangan penulis | · Memahami pengertian Koreksi · Mengidentifikasi jenis-jenis esai · Mengidentifikasi bagian-bagian esai · Mengidentifikasi perbedaan Koreksi dan esai · Memahami mekanisme penyusunan Koreksi dan esai |
4.12 Menyusun Koreksi dan esai dengan memerhatikan aspek pengetahuan dan pandangan penulis baik secara mulut maupun tulis | · Menentukan unsur-unsur Koreksi dan esai, persamaan dan perbedaan Koreksi dan esai, dari aspek pengetahuan dan pandangan · Menulis Koreksi dan esai dengan memerhatikan aspek pengetahuan dan pandangan tertulis · Mempresentasikan, menanggapi, merevisi Koreksi dan esai yang sudah ditulis |
3.13 Menganalisis sistematika dan kebahasaan Koreksi dan esai | · Menemukan isi dan sistematika, kebahasaan Koreksi dan esai |
4.13 Mengonstruksi sebuah Koreksi atau esai dengan memerhatikan sistematika dan kebahasaan baik secara mulut maupun tulis | · Menyusun Koreksi dan esai berdasarkan konstruksi dengan memerhatikan sistematika dan kebahasaan · Mempresentasikan, menanggapi, merevisi Koreksi dan esai yang sudah ditulis |
C. Tujuan Pembelajaran
Melalui aktivitas pembelajaran dengan pendekatann pedagogik genre, saintifik, dan CLIL dengan model pembelajaran inovasi (Discovery Learning), peserta didik sanggup memahami pengertian Koreksi, mengidentifikasi jenis-jenis esai, mengidentifikasi bagian-bagian esai, mengidentifikasi perbedaan Koreksi dan esai, memahami mekanisme penyusunan Koreksi dan esai, menentukan unsur-unsur Koreksi dan esai, persamaan dan perbedaan Koreksi dan esai, dari aspek pengetahuan dan pandangan, menulis Koreksi dan esai dengan memerhatikan aspek pengetahuan dan pandangan tertulis, dan mempresentasikan, menanggapi, merevisi Koreksi dan esai yang sudah ditulisdengan rasa ingin tahu, kerja keras, tanggung jawaban, bersikap berteman dekat/ komunikatif selama proses pembelajaran.
D. Materi Pembelajaran
· pengertian dan perbedaan Koreksi dan esai
· jenis-jenis dan bagian-bagian Koreksi dan esai (pembukaan, isi, penutup)
· penyusunan Koreksi dan esai
E. Metode Pembelajaran
Model Pembelajaran : Discovery Learning
Metode : Tanya jawaban, wawancara, diskusi dan bermain peran
F. Media Pembelajaran
Media :
· Worksheet atau lembar kerja (siswa)
· Lembar penilaian
· LCD Proyektor
Alat/Bahan :
· Penggaris, spidol, papan tulis
· Laptop & infocus
G. Sumber Belajar
1. Kosasih, E. 2014. Jenis-Jenis Teks dalam Mata Pelajaran Bahasa Indoneisa SMA/MA/SMK. Bandung: Yrama Widya
2. Suherli, dkk. 2018. Buku Siswa Bahasa Indonesia Kelas XII Revisi Tahun 2018. Jakarta: Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang, Kemendikbud.
3. Suherli, dkk. Buku Guru Bahasa Indonesia Kelas XII Revisi Tahun 2018. Jakarta: Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang, Kemendikbud.
H. Langkah-Langkah Pembelajaran
1 . Pertemuan Pertama (4 x 45 Menit) | ||||||||||||||
Kegiatan Penlampauan (15 Menit) | ||||||||||||||
Guru : Orientasi v Melakukan pembukaan dengan salam pembuka, memanjatkan syukur kepada Tuhan YME dan berdoa untuk memulai pembelajaran v Memeriksa kehadiran penerima didik sebagai sikap disiplin v Menyiapkan fisik dan psikis penerima didik dalam mengpertamai aktivitas pembelajaran. Aperpepsi v Mengaitkan materi/tema/kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan dengan pengalaman penerima didik dengan materi/tema/kegiatan sebelumnya v Mengingatkan kembali materi prasyarat dengan bertanya. v Mengajukan pertanyaan yang ada keterkaitannya dengan pelajaran yang akan dilakukan. Motivasi v Memdiberikan citra ihwal manfaat mempelajari pelajaran yang akan dipelajari dalam kehidupan sehari-hari. v Apabila materitema/projek ini kerjakan dengan baik dan sungguh-sungguh ini dikuasai dengan baik, maka penerima didik dibutuhkan sanggup menerangkan ihwal materi : Ø Pengertian dan perbedaan Koreksi dan esai v Menyampaikan tujuan pembelajaran pada pertemuan yang berlangsung v Mengajukan pertanyaan @aminyusuf Pemdiberian Acuan v Memdiberitahukan materi pelajaran yang akan dibahas pada pertemuan ketika itu. v Memdiberitahukan ihwal kompetensi inti, kompetensi dasar, indikator, dan KKM pada pertemuan yang berlangsung v Pembagian kelompok belajar v Menjelaskan mekanisme pelaksanaan pengalaman belajar sesuai dengan langkah-langkah pembelajaran. | ||||||||||||||
Kegiatan Inti ( 150 Menit ) | ||||||||||||||
| ||||||||||||||
Catatan : Selama pembelajaran Pengertian dan perbedaan Koreksi dan esai berlangsung, guru mengamati sikap siswa dalam pembelajaran yang meliputi sikap: nasionalisme, disiplin, rasa percaya diri, berperilaku jujur, tangguh menghadapi kasus tanggungjawaban, rasa ingin tahu, peduli lingkungan | ||||||||||||||
Kegiatan Penutup (15 Menit) | ||||||||||||||
Peserta didik : v Membuat resume (CREATIVITY) dengan bimbingan guru ihwal point-point penting yang muncul dalam aktivitas pembelajaran ihwal materi Pengertian dan perbedaan Koreksi dan esai yang gres dilakukan. v Mengagendakan pekerjaan rumah untuk materi pelajaran Pengertian dan perbedaan Koreksi dan esai yang gres diselesaikan. v Mengagendakan materi atau kiprah projek/produk/portofolio/unjuk kerja yang harus mempelajarai pada pertemuan diberikutnya di luar jam sekolah atau dirumah. Guru : v Memeriksa pekerjaan siswa yang selesai langsung diperiksa untuk materi pelajaran Pengertian dan perbedaan Koreksi dan esai. v Peserta didik yang selesai mengerjakan kiprah projek/produk/portofolio/unjuk kerja dengan benar didiberi paraf serta didiberi nomor urut peringkat, untuk evaluasi kiprah projek/produk/portofolio/unjuk kerja pada materi pelajaran Pengertian dan perbedaan Koreksi dan esai. v Memdiberikan penghargaan untuk materi pelajaran Pengertian dan perbedaan Koreksi dan esai kepada kelompok yang mempunyai kinerja dan kerjasama yang baik. |
2 . Pertemuan Kedua (4 x 45 Menit) | ||||||||||||||
Kegiatan Penlampauan (15 Menit) | ||||||||||||||
Guru : Orientasi v Melakukan pembukaan dengan salam pembuka, memanjatkan syukur kepada Tuhan YME dan berdoa untuk memulai pembelajaran v Memeriksa kehadiran penerima didik sebagai sikap disiplin v Menyiapkan fisik dan psikis penerima didik dalam mengpertamai aktivitas pembelajaran. Aperpepsi v Mengaitkan materi/tema/kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan dengan pengalaman penerima didik dengan materi/tema/kegiatan sebelumnya v Mengingatkan kembali materi prasyarat dengan bertanya. v Mengajukan pertanyaan yang ada keterkaitannya dengan pelajaran yang akan dilakukan. Motivasi v Memdiberikan citra ihwal manfaat mempelajari pelajaran yang akan dipelajari dalam kehidupan sehari-hari. v Apabila materitema/projek ini kerjakan dengan baik dan sungguh-sungguh ini dikuasai dengan baik, maka penerima didik dibutuhkan sanggup menerangkan ihwal materi : Ø Jenis-jenis dan bagian-bagian Koreksi dan esai (pembukaan, isi, penutup) v Menyampaikan tujuan pembelajaran pada pertemuan yang berlangsung v Mengajukan pertanyaan Pemdiberian Acuan v Memdiberitahukan materi pelajaran yang akan dibahas pada pertemuan ketika itu. v Memdiberitahukan ihwal kompetensi inti, kompetensi dasar, indikator, dan KKM pada pertemuan yang berlangsung v Pembagian kelompok belajar v Menjelaskan mekanisme pelaksanaan pengalaman belajar sesuai dengan langkah-langkah pembelajaran. | ||||||||||||||
Kegiatan Inti ( 150 Menit ) | ||||||||||||||
| ||||||||||||||
Catatan : Selama pembelajaran Jenis-jenis dan bagian-bagian Koreksi dan esai (pembukaan, isi, penutup) berlangsung, guru mengamati sikap siswa dalam pembelajaran yang meliputi sikap: nasionalisme, disiplin, rasa percaya diri, berperilaku jujur, tangguh menghadapi kasus tanggungjawaban, rasa ingin tahu, peduli lingkungan | ||||||||||||||
Kegiatan Penutup (15 Menit) | ||||||||||||||
Peserta didik : v Membuat resume (CREATIVITY) dengan bimbingan guru ihwal point-point penting yang muncul dalam aktivitas pembelajaran ihwal materi Jenis-jenis dan bagian-bagian Koreksi dan esai (pembukaan, isi, penutup) yang gres dilakukan. v Mengagendakan pekerjaan rumah untuk materi pelajaran Jenis-jenis dan bagian-bagian Koreksi dan esai (pembukaan, isi, penutup) yang gres diselesaikan. v Mengagendakan materi atau kiprah projek/produk/portofolio/unjuk kerja yang harus mempelajarai pada pertemuan diberikutnya di luar jam sekolah atau dirumah. Guru : v Memeriksa pekerjaan siswa yang selesai langsung diperiksa untuk materi pelajaran Jenis-jenis dan bagian-bagian Koreksi dan esai (pembukaan, isi, penutup). v Peserta didik yang selesai mengerjakan kiprah projek/produk/portofolio/unjuk kerja dengan benar didiberi paraf serta didiberi nomor urut peringkat, untuk evaluasi kiprah projek/produk/portofolio/unjuk kerja pada materi pelajaran Jenis-jenis dan bagian-bagian Koreksi dan esai (pembukaan, isi, penutup). v Memdiberikan penghargaan untuk materi pelajaran Jenis-jenis dan bagian-bagian Koreksi dan esai (pembukaan, isi, penutup) kepada kelompok yang mempunyai kinerja dan kerjasama yang baik. |
3 . Pertemuan Ketiga (4 x 45 Menit) | ||||||||||||||
Kegiatan Penlampauan (15 Menit) | ||||||||||||||
Guru : Orientasi v Melakukan pembukaan dengan salam pembuka, memanjatkan syukur kepada Tuhan YME dan berdoa untuk memulai pembelajaran v Memeriksa kehadiran penerima didik sebagai sikap disiplin v Menyiapkan fisik dan psikis penerima didik dalam mengpertamai aktivitas pembelajaran. Aperpepsi v Mengaitkan materi/tema/kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan dengan pengalaman penerima didik dengan materi/tema/kegiatan sebelumnya v Mengingatkan kembali materi prasyarat dengan bertanya. v Mengajukan pertanyaan yang ada keterkaitannya dengan pelajaran yang akan dilakukan. Motivasi v Memdiberikan citra ihwal manfaat mempelajari pelajaran yang akan dipelajari dalam kehidupan sehari-hari. v Apabila materitema/projek ini kerjakan dengan baik dan sungguh-sungguh ini dikuasai dengan baik, maka penerima didik dibutuhkan sanggup menerangkan ihwal materi : Ø Penyusunan Koreksi dan esai v Menyampaikan tujuan pembelajaran pada pertemuan yang berlangsung v Mengajukan pertanyaan Pemdiberian Acuan v Memdiberitahukan materi pelajaran yang akan dibahas pada pertemuan ketika itu. v Memdiberitahukan ihwal kompetensi inti, kompetensi dasar, indikator, dan KKM pada pertemuan yang berlangsung v Pembagian kelompok belajar v Menjelaskan mekanisme pelaksanaan pengalaman belajar sesuai dengan langkah-langkah pembelajaran. | ||||||||||||||
Kegiatan Inti ( 150 Menit ) | ||||||||||||||
| ||||||||||||||
Catatan : Selama pembelajaran Penyusunan Koreksi dan esai berlangsung, guru mengamati sikap siswa dalam pembelajaran yang meliputi sikap: nasionalisme, disiplin, rasa percaya diri, berperilaku jujur, tangguh menghadapi kasus tanggungjawaban, rasa ingin tahu, peduli lingkungan | ||||||||||||||
Kegiatan Penutup (15 Menit) | ||||||||||||||
Peserta didik : v Membuat resume (CREATIVITY) dengan bimbingan guru ihwal point-point penting yang muncul dalam aktivitas pembelajaran ihwal materi Penyusunan Koreksi dan esai yang gres dilakukan. v Mengagendakan pekerjaan rumah untuk materi pelajaran Penyusunan Koreksi dan esai yang gres diselesaikan. v Mengagendakan materi atau kiprah projek/produk/portofolio/unjuk kerja yang harus mempelajarai pada pertemuan diberikutnya di luar jam sekolah atau dirumah. Guru : v Memeriksa pekerjaan siswa yang selesai langsung diperiksa untuk materi pelajaran Penyusunan Koreksi dan esai. v Peserta didik yang selesai mengerjakan kiprah projek/produk/portofolio/unjuk kerja dengan benar didiberi paraf serta didiberi nomor urut peringkat, untuk evaluasi kiprah projek/produk/portofolio/unjuk kerja pada materi pelajaran Penyusunan Koreksi dan esai. v Memdiberikan penghargaan untuk materi pelajaran Penyusunan Koreksi dan esai kepada kelompok yang mempunyai kinerja dan kerjasama yang baik. |
I. Penilaian Hasil Pembelajaran
1. Teknik Penilaian (terlampir)
a. Sikap
- Penilaian Observasi
Penilaian observasi berdasarkan pengamatan sikap dan sikap penerima didik sehari-hari, baik terkait dalam proses pembelajaran maupun secara umum. Pengamatan eksklusif dilakukan oleh guru. Berikut teladan instrumen evaluasi sikap
No | Nama Siswa | Aspek Perilaku yang Dinilai | Jumlah Skor | Skor Sikap | Kode Nilai | |||
BS | JJ | TJ | DS | |||||
1 | Zuhri | 75 | 75 | 50 | 75 | 275 | 68,75 | C |
2 | Amin | ... | ... | ... | ... | ... | ... | ... |
Keterangan :
• BS : Bekerja Sama
• JJ : jujur
• TJ : Tanggun Jawab
• DS : Disiplin
Catatan :
1. Aspek sikap dinilai dengan kriteria:
100 = Sangat Baik
75 = Baik
50 = Cukup
25 = Kurang
2. Skor terbaik = jumlah sikap yang dinilai dikalikan jumlah kriteria = 100 x 4 = 400
3. Skor sikap = jumlah skor dibagi jumlah sikap yang dinilai = 275 : 4 = 68,75
4. Kode nilai / predikat :
75,01 – 100,00 = Sangat Baik (SB)
50,01 – 75,00 = Baik (B)
25,01 – 50,00 = Cukup (C)
00,00 – 25,00 = Kurang (K)
5. Format di atas sanggup diubah sesuai dengan aspek sikap yang ingin dinilai
- Penilaian Diri
Seiring dengan bergesernya sentra pembelajaran dari guru kepada penerima didik, maka penerima didik didiberikan peluang untuk menilai kemampuan dirinya sendiri. Namun biar evaluasi tetap bersifat adil, maka guru hendaknya menerangkan terlebih lampau tujuan dari evaluasi diri ini, memilih kompetensi yang akan dinilai, kemudian memilih kriteria evaluasi yang akan digunakan, dan merumuskan format penilaiannya Jadi, singkatnya format penilaiannya disiapkan oleh guru terlebih lampau. Berikut misal format evaluasi :
No | Pernyataan | Ya | Tidak | Jumlah Skor | Skor Sikap | Kode Nilai |
1 | Selama diskusi, saya ikut serta mengusulkan ide/gagasan. | 50 | 250 | 62,50 | C | |
2 | Ketika kami berdiskusi, setiap anggota mendapatkan peluang untuk berbicara. | 50 | ||||
3 | Saya ikut serta dalam membuat kesimpulan hasil diskusi kelompok. | 50 | ||||
4 | ... | 100 |
Catatan :
1. Skor evaluasi Ya = 100 dan Tidak = 50
2. Skor terbaik = jumlah pernyataan dikalikan jumlah kriteria = 4 x 100 = 400
3. Skor sikap = (jumlah skor dibagi skor terbaik dikali 100) = (250 : 400) x 100 = 62,50
4. Kode nilai / predikat :
75,01 – 100,00 = Sangat Baik (SB)
50,01 – 75,00 = Baik (B)
25,01 – 50,00 = Cukup (C)
00,00 – 25,00 = Kurang (K)
5. Format di atas sanggup juga digunakan untuk menilai kompetensi pengetahuan dan keterampilan
- Penilaian Teman Sebaya
Penilaian ini dilakukan dengan meminta penerima didik untuk menilai kawannya sendiri. Sama halnya dengan evaluasi hendaknya guru sudah menerangkan maksud dan tujuan penilaian, membuat kriteria penilaian, dan juga memilih format penilaiannya. Berikut misal format evaluasi mitra sebaya :
Nama yang diamati : ...
Pengamat : …
No | Pernyataan | Ya | Tidak | Jumlah Skor | Skor Sikap | Kode Nilai |
1 | Mau mendapatkan pendapat kawan. | 100 | 450 | 90,00 | SB | |
2 | Memdiberikan solusi terhadap permasalahan. | 100 | ||||
3 | Memaksakan pendapat sendiri kepada anggota kelompok. | 100 | ||||
4 | Marah ketika didiberi Koreksi. | 100 | ||||
5 | ... | 50 |
Catatan :
1. Skor evaluasi Ya = 100 dan Tidak = 50 untuk pernyataan yang positif, sedangkan untuk pernyataan yang negatif, Ya = 50 dan Tidak = 100
2. Skor terbaik = jumlah pernyataan dikalikan jumlah kriteria = 5 x 100 = 500
3. Skor sikap = (jumlah skor dibagi skor terbaik dikali 100) = (450 : 500) x 100 = 90,00
4. Kode nilai / predikat :
75,01 – 100,00 = Sangat Baik (SB)
50,01 – 75,00 = Baik (B)
25,01 – 50,00 = Cukup (C)
00,00 – 25,00 = Kurang (K)
- Penilaian Jurnal (Lihat lampiran)
b. Pengetahuan
- Tertulis Uraian dan atau Pilihan Ganda (Lihat lampiran)
- Tes Lisan/Observasi Terhadap Diskusi, Tanya Jawab dan Percakapan
Praktek Monolog atau Dialog
Penilaian Aspek Percakapan
No | Aspek yang Dinilai | Skala | Jumlah Skor | Skor Sikap | Kode Nilai | |||
25 | 50 | 75 | 100 | |||||
1 | Intonasi | |||||||
2 | Pelafalan | |||||||
3 | Kelancaran | |||||||
4 | Ekspresi | |||||||
5 | Penampilan | |||||||
6 | Gestur |
- Penugasan (Lihat Lampiran)
Tugas Rumah
a. Peserta didik menjawaban pertanyaan yang terdapat pada buku penerima didik
b. Peserta didik memnta tanda tangan orangtua sebagai bukti bahwa mereka sudah mengerjakan kiprah rumah dengan baik
c. Peserta didik mengumpulkan jawabanan dari kiprah rumah yang sudah dikerjakan untuk mendapatkan penilaian.
c. Keterampilan
- Penilaian Unjuk Kerja
misal instrumen evaluasi unjuk kerja sanggup dilihat pada instrumen evaluasi ujian keterampilan berbicara sebagai diberikut:
Instrumen Penilaian
No | Aspek yang Dinilai | Sangat Baik (100) | Baik (75) | Kurang Baik (50) | Tidak Baik (25) |
1 | Kesesuaian respon dengan pertanyaan | ||||
2 | Keserasian pemilihan kata | ||||
3 | Kesesuaian penerapan tata bahasa | ||||
4 | Pelafalan |
Kriteria evaluasi (skor)
100 = Sangat Baik
75 = Baik
50 = Kurang Baik
25 = Tidak Baik
Teknik mencari nilai (N) = Jumalah skor yang diperoleh siswa dibagi jumlah skor terbaik dikali skor ideal (100)
Instrumen Penilaian Diskusi
No | Aspek yang Dinilai | 100 | 75 | 50 | 25 |
1 | Penguasaan materi diskusi | ||||
2 | Kemampuan menjawaban pertanyaan | ||||
3 | Kemampuan mengolah kata | ||||
4 | Kemampuan menuntaskan masalah |
Keterangan :
100 = Sangat Baik
75 = Baik
50 = Kurang Baik
25 = Tidak Baik
- Penilaian Proyek (Lihat Lampiran)
- Penilaian Produk (Lihat Lampiran)
- Penilaian Portofolio
Kumpulan tiruana kiprah yang sudah dikerjakan penerima didik, menyerupai catatan, PR, dll
Instrumen Penilain
No | Aspek yang Dinilai | 100 | 75 | 50 | 25 |
1 | |||||
2 | |||||
3 | |||||
4 |
2. Instrumen Penilaian (terlampir)
a. Pertemuan Pertama
b. Pertemuan Kedua
c. Pertemuan Ketiga
3. Pembelajaran Remedial dan Pengayaan
a. Remedial
Bagi penerima didik yang belum memenuhi kriteria ketuntasan minimal (KKM), maka guru bisa mempersembahkan soal perhiasan contohnya sebagai diberikut :
1) Jelaskan ihwal Sistem Pembagian Kekuasaan Negara!
2) Jelaskan ihwal Kedudukan dan Fungsi Kementerian Negara Republik Indonesia dan Lembaga Pemerintah Non Kementerian!
3) Jelaskan ihwal Nilai-nilai Pancasila dalam Penyelenggaraan pemerintahan!
CONTOH PROGRAM REMIDI
Sekolah : ……………………………………………..
Kelas/Semester : ……………………………………………..
Mata Pelajaran : ……………………………………………..
Ulangan Harian Ke : ……………………………………………..
Tanggal Ulangan Harian : ……………………………………………..
Bentuk Ulangan Harian : ……………………………………………..
Materi Ulangan Harian : ……………………………………………..
(KD / Indikator) : ……………………………………………..
KKM : ……………………………………………..
No | Nama Peserta Didik | Nilai Ulangan | Indikator yang Belum Dikuasai | Bentuk Tindakan Remedial | Nilai Sesudah Remedial | Keterangan |
1 | ||||||
2 | ||||||
3 | ||||||
4 | ||||||
5 | ||||||
6 | ||||||
dst |
b. Pengayaan
Guru mempersembahkan pesan yang tersirat biar tetap rendah hati, alasannya yaitu sudah mencapai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal). Guru mempersembahkan soal pengayaan sebagai diberikut :
1) Membaca buku-buku ihwal Nilai-nilai Pancasila dalam kerangka praktik penyelenggaraan pemerintahan Negara yang relevan.
2) Mencari informasi secara online ihwal Nilai-nilai Pancasila dalam kerangka praktik penyelenggaraan pemerintahan Negara
3) Membaca surat kabar, majalah, serta diberita online ihwal Nilai-nilai Pancasila dalam kerangka praktik penyelenggaraan pemerintahan Negara
4) Mengamati eksklusif ihwal Nilai-nilai Pancasila dalam kerangka praktik penyelenggaraan pemerintahan Negara yang ada di lingkungan sekitar.
Mengetahui, ………., ………
Kepala Sekolah Guru Mata Pelajaran
……………… ……………
Lampiran Penilaian
KD dan Indikator (KD-3: Pengetahuan)
Kompetensi Dasar | Indikator |
3.12 Membandingkan Koreksi sastra dan esai dari aspek pengetahuan dan pandangan penulis. 4.12 Menganalisis sistematika dan kebahasaan Koreksi dan esai. | · Menentukan unsur-unsur Koreksi dan esai, persamaan dan perbedaan Koreksi dan esai, dari aspek pengetahuan dan pandangan. · Menemukan isi dan sistematika, kebahasaan Koreksi dan esai |
Penilain Proses | Penilaian Hasil |
Penilaian proses aspek pengetahuan sanggup dilakukan semenjak aktivitas Menelaah Model dan Mengonstruksi terbimbing. Catatan terhadap penerima didik pada aktivitas tersebut sanggup dijadikan evaluasi sikap selama mengikuti pembelajaran: ketekunan, kerja sama, semangat, ketelitian, kerapihan, kemembersihkanan, kefokusan. | Jenis : Tulis Bentuk : Uraian misal instrumen: 1. Tuliskanlah bagian-bagian struktur teks Koreksi dan esai yang Anda baca! 2. Tuliskanlah perbedaan dari aspek pengetahuan struktur teks Koreksi dan esai yang Anda baca! 3. Tuliskanlah perbedaan dari aspek Pandangan teks Koreksi dan esai yang Anda baca! |
KD dan Indikator (KD-4: Keterampilan)
Kompetensi Dasar | Indikator |
3.13 Menyusun Koreksi dan esai dengan memerhatikan aspek pengetahuan dan pandangan penulis. 4.13 Menganalisis sistematika dan kebahasaan Koreksi dan esai. | · Menulis Koreksi dan esai dengan memerhatikan aspek pengetahuan dan pandangan tertulis. · Mempresentasikan, menanggapi, merevisi Koreksi dan esai yang sudah ditulis. · Menyusun Koreksi dan esai berdasarkan konstruksi dengan memerhatikan sistematika dan kebahasaan · Mempresentasikan, Memdiberikan evaluasi terhadap Koreksi dan esai berdasarkan sistematika dan kebahasaan. |
Penilain Proses | Penilaian Hasil |
Penilaian proses aspek pengetahuan sanggup dilakukan semenjak aktivitas Mengonstruksi Terbimbing dan Mengonstruksi Mandiri. Catatan terhadap penerima didik pada aktivitas tersebut sanggup dijadikan evaluasi sikap selama mengikuti pembelajaran dan mengerjakan kiprah (bendel portofolio): ketekunan, kerjasama, semangat, ketelitian, kerapihan, kemembersihkanan, kefokusan. | Jenis : Menulis Bentuk: Uraian misal Instrumen Susunlah teks Koreksi dan esai dengan memerhati-kan hal di bawah ini! 1. Tentukan topik teks Koreksi dan esai! 2. Buatlah kerangka sesuai dengan struktur teks Koreksi dan esai! 3. Kembangkan kerangka tersebut menjadi teks Koreksi dan esai dengan memerhatikan struktur teks, ciri kebahasaan, dan EBI. |
Portofolio
Khusus untuk kompetensi menulis, evaluasi meliputi proses dan produk yang tercakup dalam evaluasi portofolio. Dokumen portofolio mencakup:
(a) draf final (produk) berbobot 40%;
(b) bukti draf sedikitnya 3 draf berbobot 25%;
(c) bukti catatan ihwal apa yang akan ditulis dan sumber penulisan berbobot 10%; dan
(d) catatan reflektif berbobot 25%.
Penilaian Sikap
Penilaian sikap dilakukan selama proses pembelajaran (termasuk informasi dari portofolio) atau di luar pembelajaran dengan melalui observasi dengan isian lembar pengamatan
misal format dan pengisian lembar pengamatan guru mata pelajaran
Nama Satuan pendidikan :
Tahun pelajaran : 2018/2019
Kelas/Semester : XII/6
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
No | Waktu | Nama | Kejadian/ Perilaku | Butir sikap | Positif/ Negatif | Tindak Lanjut |
1. | 11 Februari 2019 | Kemal | Tidak mengerjakan kiprah menganalisis teks Koreksi dan esai. | Tanggung jawaban | - | Dipanggil dan disuruh mengerjakan kiprah kembali dengan waktu terbatas |
2. | 11 Februari 2019 | Anita | Mengerjakan kiprah dengan fokus, tepat waktu, dan hasilnya sangat baik | Tanggung jawaban | + | Didiberi kebanggaan atau apresiasi |
Pedoman Penskoran
a. Pengetahuan
Soal | Aspek yang Dinilai | Skor |
1 | a. Peserta didik menuliskan bagian-bagian struktur teks Koreksi dan esai dengan sangat tepat | 4 |
b. Peserta didik menuliskan bagian-bagian struktur teks Koreksi dan esai dengan tepat | 3 | |
c. Peserta didik menuliskan bagian-bagian struktur teks Koreksi dan esai dengan kurang tepat | 2 | |
d. Peserta didik menuliskan bagian-bagian struktur teks Koreksi dan esai dengan tidak tepat | 1 |
Soal | Aspek yang Dinilai | Skor |
2 | a. Peserta didik menulikan perbedaan dari aspek pengetahuan struktur teks Koreksi dan esai dengan sangat tepat | 4 |
b. Peserta didik menulikan perbedaan dari aspek pengetahuan struktur teks Koreksi dan esai dengan tepat | 3 | |
c. Peserta didik menulikan perbedaan dari aspek pengetahuan struktur teks Koreksi dan esai dengan kurang tepat | 2 | |
d. Peserta didik menulikan perbedaan dari aspek pengetahuan struktur teks Koreksi dan esai dengan tidak tepat | 1 |
Soal | Aspek yang Dinilai | Skor | |
3 | a. Peserta didik menulikan perbedaan dari aspek pandangan struktur teks Koreksi dan esai dengan sangat tepat | 4 | |
b. Peserta didik menulikan perbedaan dari aspek pandangan struktur teks Koreksi dan esai dengan tepat | 3 | ||
c. Peserta didik menulikan perbedaan dari aspek pandangan struktur teks Koreksi dan esai dengan kurang tepat | 2 | ||
d. Peserta didik menulikan perbedaan dari aspek pandangan struktur teks Koreksi dan esai dengan tidak tepat | 1 | ||
Keterangan
Nilai = Perolehan skor
Jumlah soal
misal
Nilai = 10 x 100 = 83,33
Nilai = 10 x 100 = 83,33
12
b. Keterampilan
Soal | Aspek yang Dinilai | Skor |
1 | a. Peserta didik memilih topik teks Koreksi dan esai sangat sesuai isi teks | 4 |
b. Peserta didik memilih topik teks Koreksi dan esai sesuai isi teks | 3 | |
c. Peserta didik memilih topik teks Koreksi dan esai kurang sesuai isi teks | 2 | |
d. Peserta didik memilih topik teks Koreksi dan esai tidak sesuai isi teks | 1 | |
2 | a. Peserta didik menyusun kerangka teks Koreksi dan esai sangat lengkap dan sangat sesuai dengan topik | 4 |
b. Peserta didik menyusun kerangka teks Koreksi dan esai lengkap dan sesuai dengan topik | 3 | |
c. Peserta didik menyusun kerangka teks Koreksi dan esai kurang lengkap dan kurang dengan topik | 2 | |
d. Peserta didik menyusun kerangka teks Koreksi dan esai tidak lengkap dan tidak sesuai isi teks | 1 | |
3 | a. Peserta didik menulis teks Koreksi dan esai sangat sesuai dengan kerangka, struktur, ciri kebahasaan, dan EBI | 4 |
b. Peserta didik menulis teks Koreksi dan esai sesuai dengan kerangka, struktur, ciri kebahasaan, dan EBI | 3 | |
c. Peserta didik menulis teks Koreksi dan esai kurang sesuai dengan kerangka, struktur, ciri kebahasaan, dan EBI | 2 | |
d. Peserta didik menulis teks Koreksi dan esai tidak sesuai dengan kerangka, struktur, ciri kebahasaan, dan EBI | 1 |
Nilai = Perolehan skor
Jumlah kreteria/soa
misal
Nilai = 11 x 100 = 91,66
12
LAMPIRAN MATERI TEKS KRITIK DAN ESAI
Kompetensi Dasar
Pengetahuan | Keterampilan |
3.12 Membandingkan Koreksi sastra dan esai dari aspek pengetahuan dan pandangan penulis | 3.13 Menganalisis sistematika dan kebahasaan Koreksi dan esai |
4.12 Menyusun Koreksi dan esai dengan memerhatikan aspek pengetahuan dan pandangan penulis baik secara mulut maupun tulis. | 4.13 Mengonstruksi sebuah Koreksi atau esai dengan memerhatikan sistematika dan kebahasaan baik secara mulut maupun tulis |
A. misal Teks (Fakta)
Kritik Sastra
Tirani dan Benteng : Potret dan Refleksi Empat Dekade Sejarah Indonesia
Oleh: Ranti Jumiarni*)
Taufik Ismail yaitu salah satu sastrawan yang mempelopori angkatan 66 dan puisi-puisi karyanya tak lekang oleh waktu. Salah satu kumpulan puisi Taufik Ismail yang cukup fenomenal yaitu Tirani dan Benteng, kumpulan puisi ini bisa memotret jalinan sejarah secara gamblang dan tanpa tedeng aling-aling. Kumpulan puisi ini terdiri atas tiga bagian. Bagian pertama, Puisi-Puisi Menjelang Tirani dan Benteng, belahan kedua,Tirani, dan belahan ketiga, Benteng. Selain Tirani dan Benteng (1966), karyanya yang lain yaitu Buku Tamu Musium Perjuangan (1972), Sajak Ladang Jagung (1974), Kenalkan, Aku Hewan (sajak anak-anak,1976), Puisi-Puisi Langit (1990) dan Majoi. Beberapa dari puisinya sudah dimusikalisasi oleh beberapa grup band Indonesia, salah satunya Bimbo (Sejadah Panjang) dan alm. Nike Ardila (Panggung Sandiwara).
Tirani dan Benteng memotret secara sederhana dan lugas guratan insiden demi insiden yang terjadi empat dekade lalu. Taufik Ismail mengawetkan sejarah dengan bahasa yang praktis dipahami. Karya sastra yang berhasil atau sukses yaitu karya sastra yang bisa merefleksikan zamannya (Endraswara, 2003 : 79), maka Tirani dan Benteng yaitu salah satu karya itu.
Puisi-Puisi Menjelang Tirani dan Benteng ditulis antara tahun 1960 – 1965. Ada 32 judul puisi yang melukiskan gejolak Indonesia menjelang peralihan orde usang menuju orde baru. Taufik menceritakan terkena perseteruan antara pemerintah dan PRRI (Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia) pada masa itu. Elegi Buat sebuah Perang Saudara menggambarkan kekacauan yang terjadi di negara kita. Kekacauan itulah yang menjadi “embrio” ketakutan dan ketidakberdayaan bangsa kita. Kekacauan yang melahirkan “peristiwa hitam” dalam peta sejarah Indonesia.
Dalam beberapa puisi yang lain Taufik menggambarkan kehidupan keluarganya dan masyarakat yang dihimpit kesusahan ekonomi pada masa itu. Kesederhanaan yang dituangkan Taufik pada bait-bait puisinya begitu mengesankan dan menarikdanunik kita untuk memasuki sekaligus memahami penderitaan rakyat alasannya yaitu lilitan kemiskinan yang begitu kental. Musim kemarau dan serangan hama yang terjadi pada masa itu membuat pguan petani mengalami kegagalan. Keacuhan pemerintah menambah daftar hitam penyebab kelaparan yang terjadi di negeri tercinta ini. Hal ini terlihat terang pada puisi Potret di Beranda, Syair Orang Lapar, dan Catatan Tahun 1965.
Ditegaskan pula dalam puisinya yang berbentuk catatan harian. Dalam puisi ini Taufik benar-benar mendambakan kemerdekaan, baik kemerdekaan dalam berkarya maupun kemerdekaan dalam sendi-sendi kehidupan. Hal ini terlihat terang dalam rangkaian puisinya yang berjudul 2 September 1965, Pagi, 2 September 1965, Senja, Pikiran setelah Makan Malam, September dan Sesudah Dua Puluh Tahun (sesudah merdeka).
Tiran. Tirani. Hanura. Tiga kata yang tak asing. Bangsa kita pernah mengalaminya, menjalaninya, bahkan mengulangnya dalam dekade yang tidak sama. Ketika negara membungkam rakyatnya, ketika negara menelanjangi hak masyarakatnya, dan ketika negara tak bisa menjadi rumah bagi penduduknya maka ketika itulah tiran, tirani bahkan hanura diteriakkan di mana-mana. Delapan belas puisi yang ditulis oleh Taufik dalam Tirani banyak mengungkapkan kepada kita apa yang terjadi pada tahun 1966. Tahun pergolakan, perubahan dan peralihan dari masa orde usang menuju ke orde baru.
Betapa beraninya pemuda-pemuda Indonesia yang tergabung melalui KAMI dan KAPPI memperjuangkan ketidakadilan dan kebenaran yang dikungkung pada masa itu. Satu per satu dari mereka berjatuhan, merahnya darah mereka menjadi saksi bagi pertiwi. Awan kedukaan ketika pendekar revolusi gugur belum lagi lenyap, kedukaan lain membayang. Indonesia kembali menangis ketika harus melepaskan tunas-tunas bangsa ke pemakaman (Sebuah Jaket Berlumur Darah dan Percakapan Angkasa)
B. Pengertian Kritik Sastra
Teks di atas mengungkapkan evaluasi terhadap sebuah karya sastra yang ditulis oleh Taufik Ismail pada buku kumpulan puisi yang berjudul Tirani dan Benteng. Selain itu teks tersebut juga mengungkapkan peristiwa-peristiwa sejarah yang terjadi di Indonesia pada tahun 1960-an. Diksi yang digunakan oleh Taufik Ismail menggambarkan situasi dan kondisi menjelang dikeluarkannya Tritura, hingga lengsernya kepemimpinan orde usang menuju ke orde baru.
Secara etimologis, istilah ”Koreksi” (sastra) berasal dari bahasa Yunani yaitu krites yang berarti ”hakim”. Krites sendiri berasal dari krinein ”menghakimi, membanding, menimbang”; kriterion yang berarti ”dasar penghakiman” dan Koreksios berarti ”hakim kesustraan” Bentuk krites inilah yang menjadi dasar kata Koreksi. Secara harafiah, Koreksi sastra ialah upaya memilih nilai hakiki karya sastra dalam bentuk memdiberi pujian, menyampaikan kesalahan, memdiberi pertimbangan lewat pemahaman dan penafsiran yang sistematik.
C. Ciri-ciri Teks (Prinsip)
1. Fungsi
Dalam pengategorian teks, ulasan termasuk ke dalam jenis discussion, yakni teks yang berfungsi untuk mengulas aneka macam pandangan terkena suatu objek, isu, ataupun kasus tertentu. Ulasan termasuk ke dalam jenis teks argumentatif. Di dalam teks tersebut disajikan banyak pendapat berdasarkan interpretasi ataupun penafsiran dari perspektif tertentu dengan disertai fakta-fakta pendukungnya. Kritik sastra sanggup digolongkan ke jenis teks ulasan. Kritik sastra melaksanakan evaluasi terhadap sebuah karya sastra dengan mempertimbangkan baik buruknya karya sastra dari aneka macam aspek kepengarangan serta menyandarkan diri pada suatu teori sastra tertentu.
melaluiataubersamaini demikian, Koreksi sastra ialah hasil interpretasi terhadap sebuah karya sastra untuk menentukan nilai dalam bentuk memdiberi pujian, menyampaikan belum sempurnanya, memdiberi pertimbangan lewat pemahaman dan penafsiran yang sistematik. melaluiataubersamaini membaca sebuah Koreksi sastra, pembaca akan praktis memahami karya sastra yang diKoreksi. Baik dari isi maupun dari bentuknya, sekaligus mengetahui kelebihan maupun kelemahan dari sebuah karya sastra.
2. Struktur Kritik Sastra
Kritik sastra sanggup dikategorikan dalam teks tanggapan atau ulasan. sepertiyang yang tampak pada teladan Koreksi sastra yang berjudul Tirani dan Benteng : Potret dan Refleksi Empat Dekade Sejarah Indonesia, teks Koreksi sastra mempunyai struktur sebagai diberikut.
a. Pengenalan isu atau tinjauan karya (prosa, puisi, drama);
didalamnya berupa identitas penulis, karya sastra yang pernah dihasilkan, evaluasi secara umum, termasuk citra isi karya sastra itu sendiri (sinopsis)
b. Pemaparan argumen;
mencakup analisis berkenaan dengan unsur-unsur karya berdasarkan perspektif (sudut pandang) tertentu dan interpretasi penulis terhadap karya sastra. Pada belahan ini dikemukakan juga fakta-fakta pendukung untuk memperkuat argumen penulis
c. Penilaian dan rekomendasi;
mencakup timbangan keunggulan maupun kelemahan karya sastra yang diulas. Pada belahan ini sanggup pula disertai masukan-masukan untuk khalayak terkait dengan kepentingan pengapresiasiannya
Dalam teks yang lain, struktur teks ulasan mungkin pula disertai dengan daftar pustaka.
Berikut teladan analisis struktur teks Koreksi sastra
Teks | Struktur | Penjelasan |
Taufik Ismail yaitu salah satu sastrawan yang mempelopori angkatan 66 dan puisi-puisi karyanya tak lekang oleh waktu. Salah satu kumpulan puisi Taufik Ismail yang cukup fenomenal yaitu Tirani dan Benteng, kumpulan puisi ini bisa memotret jalinan sejarah secara gamblang dan tanpa tendeng aling-aling. Kumpulan puisi ini terdiri atas tiga bagian. Bagian pertama, Puisi-Puisi Menjelang Tirani dan Benteng, belahan kedua,Tirani, dan belahan ketiga, Benteng. | Pengenalan isu atau tinjauan karya | 1. Nama sastrawan dan karya yang pernah dihasilkan 2. Penilaian secara umum karya sastra yang diKoreksi 3. Sinopsis |
Puisi-Puisi Menjelang Tirani dan Benteng ditulis antara tahun 1960 – 1965. Ada 32 judul puisi yang melukiskan gejolak Indonesia menjelang peralihan orde usang menuju orde baru. Taufik menceritakan terkena perseteruan antara pemerintah dan PRRI (Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia) pada masa itu. Elegi Buat sebuah Perang Saudara menggambarkan kekacauan yang terjadi di negara kita. Kekacauan itulah yang menjadi “embrio” ketakutan dan ketidakberdayaan bangsa kita. Kekacauan yang melahirkan “peristiwa hitam” dalam peta sejarah Indonesia. | Pemaparan argumen | Hasil interpretasi puisi yang terdapat pada kumpulan puisi Tirani dan Benteng |
Dari ketiga bagian; Puisi-Puisi Menjelang Tirani dan Benteng, belahan kedua,Tirani, dan belahan ketiga, Benteng, tiruananya menceritakan hal yang sama yaitu penderitaan rakyat Indonesia di masa-masa itu; kemiskinan dan ketidakadilan, perbedaan status antara si miskin dan kaya, terbelenggunya pemikiran-pemikiran sastrawan, serta munculnya PKI di republik ini. Tirani dan Benteng bisa merefleksikan kehidupan sosial masyarakat di mana puisi ini ditulis dengan apik. Kata demi kata, bait demi bait, puisi demi puisi jalin menjalin untuk melukiskan latar sosial, ekonomis, hingga sejarah dengan sangat tepat. Di sisi lain, cobalah kita merenung sejenak insiden besar yang kembali menggores parut di wajah Indonesia. 12 Mei 1998. Mahasiswa kembali turun ke jalan. Peluru kembali ditembuskan. Darah kembali mengalir. Almamater kembali memerah. Tirani dan Benteng memang dipotret Taufik Ismail 42 tahun yang lalu. Namun sejarah kembali terulang 32 tahun sesudahnya. Membaca Tirani dan Benteng bagai menjalani napak tilas. Peristiwa lengsernya Soeharto yaitu dejavu dari lengsernya Soekarno. Benar adanya ungkapan yang terkenal di kalangan guru sejarah. Jas Merah. Jangan sekali-kali melupakan sejarah. Semoga apa yang dipotret Taufik Ismail ihwal kelabunya sejarah Indonesia tidak akan terulang untuk ketiga kalinya. Semoga dengan membaca Tirani dan Benteng kita bisa berguru banyak biar menjadi lebih bijak. | Penilaian dan rekomendasi | Kelebihan maupun belum sempurnanya dari karya sastra yang diKoreksi |
3. Kebahasaan
Berdasarkan kaidah bahasanya, Koreksi sastra mempunyai karakteristik kebahasaan menyerupai diberikut:
a. Menggunakan kata sifat yang menunjukkan pendapat dan evaluasi terhadap karya sastra tertentu, misalnya, cukup fenomenal, gamblang, sederhana, lugas, berhasil, sukses, apik, sangat tepat, popular, bijak
misal:
1) Salah satu kumpulan puisi Taufik Ismail yang cukup fenomenal yaitu Tirani dan Benteng
2) Kumpulan puisi ini bisa memotret jalinan sejarah secara gamblang dan tanpa tedeng aling-aling.
3) Tirani dan Benteng memotret secara sederhana dan lugas guratan insiden demi insiden yang terjadi empat dekade lalu.
4) Karya sastra yang berhasil atau sukses yaitu karya sastra yang bisa merefleksikan zamannya (Endraswara, 2003 : 79), maka Tirani dan Benteng yaitu salah satu karya itu.
5) Tirani dan Benteng bisa merefleksikan kehidupan sosial masyarakat di mana puisi ini ditulis dengan apik.
6) Kata demi kata, bait demi bait, puisi demi puisi jalin menjalin untuk melukiskan latar sosial, ekonomis, hingga sejarah dengan sangat tepat.
7) Benar adanya ungkapan yang populer di kalangan guru sejarah.
8) Semoga dengan membaca Tirani dan Benteng kita bisa berguru banyak biar menjadi lebih bijak.
b. Karena sifatnya yang argumentatif, dalam suatu alasan banyak dijumpai pernyataan yang berupa pendapat, yang kemudian ditunjang pula oleh fakta. Kehadiran fakta berfungsi sebagai masukana untuk memperjelas pendapat.
Berikut contoh-contoh pernyataan yang berupa fakta untuk menguatkan pendapat
1) Puisi-Puisi Menjelang Tirani dan Benteng ditulis antara tahun 1960 – 1965. Ada 32 judul puisi yang melukiskan gejolak Indonesia menjelang peralihan orde usang menuju orde baru. Taufik menceritakan terkena perseteruan antara pemerintah dan PRRI (Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia) pada masa itu.
2) Delapan belas puisi yang ditulis oleh Taufik dalam Tirani banyak mengungkapkan kepada kita apa yang terjadi pada tahun 1966. Tahun pergolakan, perubahan dan peralihan dari masa orde usang menuju ke orde baru.
3) Pada belahan ketiga dari kumpulan puisi Tirani dan Benteng, Taufik menuliskan dua puluh dua puisi yang memaknai benteng itu sendiri. Benteng itu itu yaitu keberanian mereka menegakkan kebenaran dan keyakinan untuk memberangus kezaliman penguasa. Pasukan itu yaitu pemuda-pemudi.
4) 12 Mei 1998. Mahasiswa kembali turun ke jalan. Peluru kembali ditembuskan. Darah kembali mengalir. Almamater kembali memerah.
5) Tirani dan Benteng memang dipotret Taufik Ismail 42 tahun yang lalu. Namun sejarah kembali terulang 32 tahun sesudahnya.
c. Terdapat kata kerja mental. Hal ini terkait dengan karakteristik Koreksi sastra yang mengemukakan sejumlah pendapat.
Kata kerja mental yang dimaksud, antara lain, ditegaskan, mendambakan, menguatkan, kebemasukan, keikhlasan, kebenaran.
misal:
1) Ditegaskan pula dalam puisinya yang berbentuk catatan harian.
2) Dalam puisi ini Taufik benar-benar mendambakan kemerdekaan.
3) Air mata seorang ibu juga benteng yang menguatkan usaha pada masa itu.
4) Kebemasukan dan keikhlasan hati seorang ibu untuk melepas putra-putri keakungannya ke jalan kebenaran
d. Satuan bahasa yang merujuk pada interpretasi karya sastra tertentu
Satuan bahasa itu antara lain menggambarkan, hal ini terlihat jelas.
misal :
1) Elegi Buat sebuah Perang Saudara menggambarkan kekacauan yang terjadi di negara kita. Kekacauan itulah yang menjadi “embrio” ketakutan dan ketidakberdayaan bangsa kita.
2) Musim kemarau dan serangan hama yang terjadi pada masa itu membuat pguan petani mengalami kegagalan. Keacuhan pemerintah menambah daftar hitam penyebab kelaparan yang terjadi di negeri tercinta ini. Hal ini terlihat terang pada puisi Potret di Beranda, Syair Orang Lapar, dan Catatan Tahun 1965.
3) Dalam puisi ini Taufik benar-benar mendambakan kemerdekaan, baik kemerdekaan dalam berkarya maupun kemerdekaan dalam sendi-sendi kehidupan. Hal ini terlihat jelas dalam rangkaian puisinya yang berjudul 2 September 1965, Pagi, 2 September 1965, Senja, Pikiran setelah Makan Malam, September dan Sesudah Dua Puluh Tahun (sesudah merdeka) (Oleh Ranti Jumiarni)
ESAI
A. misal Esai
Berikut teladan esai.
MEURAJAH
Meurajah yaitu salah suatu jenis karya sastra klasik, yang dalam istilah kesusastraan Melayu atau Indonesia dikenal dengan sebutan mantra. Masyarakat Aceh hingga dengan kini masih membudayakan meurajah, walau secara keilmuan sastra masyarakat tidak mengetahui kalau meurajah ialah salah satu genre sastra.
Terlepas dari sihir atau tidak, kepercayaan masyarakat Aceh kepada thabib akan kesembuhan penyakit yang dideritanya sangat besar pada kepribadian pasien. Terlebih masyarakat awam, lebih mempercayai pengobatan yang bersifat alamiah dari pada seorang dokter seorang jago sekalipun. Dalam pengobatannya thabib ini spesialuntuk membacakan beberapa mantra kesembuhan atau dalam bahasa Aceh disebut dengan meurajah. Tingkat kemanjuran mantra ini sangat dipengaruhi oleh sobat erat (para jin), namun ada juga beberapa thabib yang spesialuntuk menggunakan media ayat-ayat suci Al-Quran untuk kesembuhannya. Di Aceh sendiri tercatat beberapa daerah yang sangat kental ilmu kabhatilan tersebut di antaranya Pantai Barat Selatan, Sinabang, Aceh Tengah, namun hingga ketika ini belum ada data yang real yang bisa menyimpulkan keberadaanya.
Meurajah Peneukoh
Ka ek u langeet kah ku peugandoe
(naik ke langit saya ketapel)
Katroek di bumoe kah ku singkla
(turun ke bumi saya ikat)
Bak gaki kah ku boeh pasong
(di kakimu saya pasang pasung)
Bak idoeng gunci tembaga
(pada hidungmu saya kunci dengan tembaga)
Di hadapan raja diwa hong saidi
Pada lirik mantra tersebut terang disebutkan bahwa neurajah ini keseluruhan menggunakan media menolong berupa alam ghaib menyerupai pada kalimat yang paling bawah “Di hadapan Raja Diwa Hong Saidi”. Jelas bukan, Raja Diwa Hong Saidi yaitu sosok pemimpin jin di dunia jasus yang dipercaya masyarakat Aceh mau menolong mereka. Sama halnya yang ditampilkan di televisi, thabib di Aceh juga perlu sesajen untuk medianya. Tapi perlu digarisbawahi bahwa tidak keselurahan dari thabib di Aceh yang menggunakan sesajen spesialuntuk digunakan bagi paranormal atau lebih tepatnya disebut dukun yang terdapat di pedalaman. Penyakit yang bisa disembuhkan oleh thabib ini sangat bermacam-macam mulai dari penyakit yang enteng hingga parah sekalipun, seorang thabib bisa menyembuhkannya dalam kurun waktu tidak lebih dari sebulan. Jika dalam kurun waktu tersebut tidak kurun sembuh maka thabib akan menyampaikan “hana ubat” (tidak ada obat), percaya atau tidak? penyakit yang tergolong enteng di antaranya yang bisa disembuhkan oleh thabib berupa kesurupan, demam, sakit perut, sedangkan penyakit parah berupa kanker ganas, watu ginjal tetap harus dengan sumbangan dunia medis modern. Namun guahnya para thabib ini tidak melaksanakan operasi melainkan spesialuntuk dengan beberapa mantra yang diucapkan.
Namun ada juga para masyarakat Aceh yang menggunakan jasa thabib untuk memmenolong menemukan barang mereka yang hilang atau disebut “jak meukaloen” (ilmu tenung).
Khususnya thabib atau dukun (dukon) yang berada di desa-desa umumnya mereka tidak tetapkan tarif khusus selama pengobatan tetapi para pasien mempersembahkan sejumlah uang seihklasnya saja. Mereka cukup dibayar dengan Rp5.000 atau dengan menjamu dengan makan malam saja. Satu hal yang perlu diketahui, thabib di Aceh spesialuntuk bisa melayani pasien ketika matahari mulai terbenam, tepatnya pada pukul 16.00-05.30. selebih dari itu para thabib, dukun atau dukon akan menolak membacakan mantranya dengan alasan “hana koeng peunukoeh” (tidak berpengaruh pemotong).
Oleh Zulfadli Kawom
Dimuat di Buletin Tuhoe Edisi XVI, Desember 2013
B. Pengertian Esai
Teks yang sudah engkau baca itulah yang dimaksud dengan esai. Teks tersebut mencakupkan tanggapan atau pendapat seseorang ihwal sebuah peristiwa. Adapun yang dimaksud dengan esai berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah suatu karangan atau goresan pena yang mengulas suatu kasus secara sekilas dari sudut pandang pribadi penulisnya. Dari pengertian tersebut, kita sanggup menyimpulkan bahwa esai yaitu goresan pena yang mengandung opini dan sifatnya subjektif atau argumentatif. Pandangan-pandangan pribadi tersebut haruslah logis dan sanggup dipahami dengan baik. Tidak spesialuntuk itu, argument yang disampaikan dalam esai harus didukung oleh fakta, sehingga esai tersebut tidak menjadi goresan pena yang fiktif atau imajinasi sang pengarang belaka.
B. Ciri-ciri Esai
1. Fungsi Esai
Berdasarkan teladan di atas tampak bahwa esai ialah teks yang berfungsi untuk menginformasikan segala sesuatu, baik itu fakta, data maupun insiden termasuk pendapat dan pandangan terhadap fakta, data dan insiden biar khalayak pembaca memperoleh pengetahuan dan pemahaman gres ihwal aneka macam hal yang sanggup maupun yang terjadi di muka bumi ini.
Adapun informasi yang terungkap di dalam teks itu berkenaan dengan budaya masyarakat Aceh yang masih percaya pada pengobatan secara tradisional dibandingkan dengan pengobatan secara modern. Meskipun tidak tiruana masyarakat Aceh yang percaya pada pengobatan tradisional tersebut.
2. Struktur Esai
Perhatikan kembali teks esai di atas ataupun teks esai lainnya yang sudah engkau baca dari sumber lain. Untuk menulis esai yang baik, terdapat struktur dari esai yang harus diperhatikan penulis. Diantaranya yaitu sebagai diberikut:
1. Penlampauan untuk mengungkapkan topik atau tema yang akan dibahas.
Berdasarkan teks esai yang berjudul “Meurajah” tampak terang penulis mengantarkan pembaca untuk memahami topik yang dibahas. Penulis memulai dengan pemahamannya ihwal meurajah yaitu salah suatu jenis karya sastra klasik, yang dalam istilah kesusastraan Melayu atau Indonesia dikenal dengan sebutan mantra. Masyarakat Aceh hingga dengan kini masih membudayakan neurajah, walau secara keilmuan sastra masyarakat tidak mengetahui kalau neurajah ialah salah satu genre sastra. Kita sanggup mengungkapkan topik atau tema yang akan dibahas dalam keseluruhan esai di dalam penlampauan. Unsur-unsur yang ada di dalam penlampauan yaitu latar belakang dan pendapat pribadi penulis terkena tema yang akan dibahas secara lebih terang dan detil pada belahan selanjutnya. Penlampauan menjadi pengantar pembaca untuk memahami topik yang akan dibahas sehingga pembaca lebih praktis menelaah isi esai.
2. Isi/Pembahasan dari topik atau tema goresan pena secara lebih detail
Isi atau pembahasan yaitu belahan dari esai yang menerangkan tema/topik goresan pena secara lebih detil. Di dalam isi, penulis menjabarkan pendapatnya secara kronologis atau urut sesuai dengan inspirasi yang disusun dalam kerangka sehingga esai menjadi koheren. Pembahasan dalam esai “Meurajah” tampak pada paragraf ke-2 yaitu terlepas dari sihir atau tidak, kepercayaan masyarakat Aceh kepada thabib akan kesembuhan penyakit yang dideritanya sangat besar pada kepribadian pasien. Terlebih masyarakat awam, lebih mempercayai pengobatan yang bersifat alamiah dari pada seorang dokter seorang jago sekalipun. Dalam pengobatannya thabib ini spesialuntuk membacakan beberapa mantra kesembuhan atau dalam bahasa Aceh disebut dengan neurajah. Tingkat kemanjuran mantra ini sangat dipengaruhi oleh sobat erat (para jin), namun ada juga beberapa thabib yang spesialuntuk menggunakan media ayat-ayat suci Alquran untuk kesembuhannya. Di Aceh sendiri tercatat beberapa daerah yang sangat kental ilmu kabhatilan tersebut di antaranya Pantai Barat Selatan, Sinabang, Aceh Tengah, namun hingga ketika ini belum ada data yang real yang bisa menyimpulkan keberadaanya.
3. Kesimpulan/Penutup untuk merangkum atau menyimpulkan apa yang sudah disampaikan.
Kesimpulan yaitu belahan terakhir dalam esai. Bagian ini meliputi kalimat yang merangkum atau menyimpulkan apa yang sudah disampaikan di penlampauan dan pembahasan. Kesimpulan dihentikan melebar ke topik lain. misal: Namun ada juga para masyarakat Aceh yang menggunakan jasa thabib untuk memmenolong menemukan barang mereka yang hilang atau disebut “jak meukaloen” (ilmu tenung). Khususnya thabib atau dukun (dukon) yang berada di desa-desa umumnya mereka tidak tetapkan tarif khusus selama pengobatan tetapi para pasien mempersembahkan sejumlah uang seihklasnya saja. Mereka cukup dibayar dengan Rp5.000 atau dengan menjamu dengan makan malam saja. Satu hal yang perlu diketahui, thabib di Aceh spesialuntuk bisa melayani pasien ketika matahari mulai terbenam, tepatnya pada pukul 16.00-05.30. selebih dari itu para thabib, dukun atau dukon akan menolak membacakan mantranya dengan alasan “hana koeng peunukoeh” (tidak berpengaruh pemotong).
3. Kaidah-kaidah Kebahasaan
Perhatikan kembali teks esai yang sudah dibaca sebelumnya. Tampak bahwa teks tersebut dibuat oleh banyak kata dan sejumlah kalimat. Di dalam teks esai, kata-kata dan kalimat-kalimat itu ternyata mempunyai kaidah atau hukum tersendiri. Kaidah-kaidah tersebut sanggup dijadikan sebagai ciri ataupun pembeda dengan jenis teks lainnya.
Kaidah-kaidah yang dimaksudkan yaitu sebagai diberikut.
a. Penggunaan bahasa yang bersifat denotatif. Kata-kata yang digunakan dengan kalimat pendek sesuai dengan kebutuhan, pemakaian kata seperlunya dan tidak berlebihan.
b. Penggunaan kata kerja material atau kata kerja yang terkait dengan melaksanakan aktivitas atau tindakan.
misal:
1) Seorang thabib bisa menyembuhkannya dalam kurun waktu tidak lebih dari sebulan.
2) Namun ada juga para masyarakat Aceh yang menggunakan jasa thabib untuk memmenolong menemukan barang mereka yang hilang.
c. Kalimat fakta yang mendukung argumen yang sanggup kita kaitkan dari fenomena yang terjadi dalam kehidupan masyarakat.
misal:
Terlepas dari sihir atau tidak, kepercayaan masyarakat Aceh kepada thabib akan kesembuhan penyakit yang dideritanya sangat besar pada kepribadian pasien. Terlebih masyarakat awam, lebih mempercayai pengobatan yang bersifat alamiah dari pada seorang dokter seorang jago sekalipun.
berapa mantra kesembuhan atau dalam bahasa Aceh disebut dengan meurajah.
C. Prosedur Pembelajaran
- Membandingkan teks esai dari aspek pengetahuan dan pandangan penulis
Teks 1
MEURAJAH Meurajah yaitu salah suatu jenis karya sastra klasik, yang dalam istilah kesusastraan Melayu atau Indonesia dikenal dengan sebutan mantra. Masyarakat Aceh hingga dengan kini masih membudayakan meurajah, walau secara keilmuan sastra masyarakat tidak mengetahui kalau meurajah ialah salah satu genre sastra. Terlepas dari sihir atau tidak, kepercayaan masyarakat Aceh kepada thabib akan kesembuhan penyakit yang dideritanya sangat besar pada kepribadian pasien. Terlebih masyarakat awam, lebih mempercayai pengobatan yang bersifat alamiah dari pada seorang dokter seorang jago sekalipun. Dalam pengobatannya thabib ini spesialuntuk membacakan beberapa mantra kesembuhan atau dalam bahasa Aceh disebut dengan meurajah. Tingkat kemanjuran mantra ini sangat dipengaruhi oleh sobat erat (para jin), namun ada juga beberapa thabib yang spesialuntuk menggunakan media ayat-ayat suci Al-Quran untuk kesembuhannya. Di Aceh sendiri tercatat beberapa daerah yang sangat kental ilmu kabhatilan tersebut di antaranya Pantai Barat Selatan, Sinabang, Aceh Tengah, namun hingga ketika ini belum ada data yang real yang bisa menyimpulkan keberadaanya. Meurajah Peneukoh Ka ek u langeet kah ku peugandoe (naik ke langit saya ketapel) Katroek di bumoe kah ku singkla (turun ke bumi saya ikat) Bak gaki kah ku boeh pasong (di kakimu saya pasang pasung) Bak idoeng gunci tembaga (pada hidungmu saya kunci dengan tembaga) Di hadapan raja diwa hong saidi Pada lirik mantra tersebut terang disebutkan bahwa neurajah ini keseluruhan menggunakan media menolong berupa alam ghaib menyerupai pada kalimat yang paling bawah “Di hadapan Raja Diwa Hong Saidi”. Jelas bukan, Raja Diwa Hong Saidi yaitu sosok pemimpin jin di dunia jasus yang dipercaya masyarakat Aceh mau menolong mereka. Sama halnya yang ditampilkan di televisi, thabib di Aceh juga perlu sesajen untuk medianya. Tapi perlu digarisbawahi bahwa tidak keselurahan dari thabib di Aceh yang menggunakan sesajen spesialuntuk digunakan bagi paranormal atau lebih tepatnya disebut dukun yang terdapat di pedalaman. Penyakit yang bisa disembuhkan oleh thabib ini sangat bermacam-macam mulai dari penyakit yang enteng hingga parah sekalipun, seorang thabib bisa menyembuhkannya dalam kurun waktu tidak lebih dari sebulan. Jika dalam kurun waktu tersebut tidak kurun sembuh maka thabib akan menyampaikan “hana ubat” (tidak ada obat), percaya atau tidak? penyakit yang tergolong enteng di antaranya yang bisa disembuhkan oleh thabib berupa kesurupan, demam, sakit perut, sedangkan penyakit parah berupa kanker ganas, watu ginjal tetap harus dengan sumbangan dunia medis modern. Namun guahnya para thabib ini tidak melaksanakan operasi melainkan spesialuntuk dengan beberapa mantra yang diucapkan. Namun ada juga para masyarakat Aceh yang menggunakan jasa thabib untuk memmenolong menemukan barang mereka yang hilang atau disebut “jak meukaloen” (ilmu tenung). Khususnya thabib atau dukun (dukon) yang berada di desa-desa umumnya mereka tidak tetapkan tarif khusus selama pengobatan tetapi para pasien mempersembahkan sejumlah uang seihklasnya saja. Mereka cukup dibayar dengan Rp5.000 atau dengan menjamu dengan makan malam saja. Satu hal yang perlu diketahui, thabib di Aceh spesialuntuk bisa melayani pasien ketika matahari mulai terbenam, tepatnya pada pukul 16.00-05.30. selebih dari itu para thabib, dukun atau dukon akan menolak membacakan mantranya dengan alasan “hana koeng peunukoeh” (tidak berpengaruh pemotong). Oleh Zulfadli Kawom Dimuat di Buletin Tuhoe Edisi XVI, Desember 2013 |
Teks 2
ENONG DAN SEMANGAT PANTANG MENYERAH Oleh Muh Zuhri, S.Pd., M.Pd. Guru Sekolah Menengan Atas Negeri 2 Boyolali, Jawa Tengah “Was dich nictht umbringt, macht dich nur starker” dalam bahasa Inggris yaitu “what dosen’t kills you, makes you stronger”. Dalam Bahasa Indonesia “apa yang tidak sanggup membunuhmu, menciptakanmu kuat” (Friedrich Wilhelm Nietzsche dalam Aprinalistria, 2015). Cobaan dan penderitaan hidup dihentikan membuat putus asa. Harus dihadapi dengan tabah. Demikianlah, seharusnya insan menghadapi permasalahan dalam kehidupan. Kenyataan hidup harus dihadapi. Manusia harus berani mengambil keputusan atau pilihan hidup dengan aneka macam risikonya. Itulah yang dilakukan Enong (tokoh) dalam kisah hidupnya. Tokoh sudah mengambil keputusan untuk menghadapi cobaan hidup dengan penuh keberanian dan ketabahan. Begitulah makna yang tertangkap setelah membaca Padang Bulan novel pertama dwilogi Padang Bulan karya Andrea Hirata yang diterbitkan oleh Penerbit Bentang Yogyakarta cetakan kesebelas, Februari 2017. Sesungguhnya, makna yang termuat dalam novel ini, menjadi sangat terkedepankan alasannya yaitu struktur alurnya, di samping faktor lain, misalnya, penokohan. Hal ini sejalan dengan pendapat Sayuti (2000: 54-56) yang menyatakan bahwa plot atau alur sangat penting untuk mengekspresikan makna suatu karya fiksi, baik makna yang bersifat muatan, actual meaning, maupun makna yang bersifat niatan, intentional meaning. Melalui alur penulis mengorganisasikan pengalaman-pengalaman dalam karyanya dan cara penulis mengorganisasikan pengalaman tersebut memdiberi tahu banyak kepada pembaca ihwal makna pengalaman itu baginya. Novel Padang Bulan terdiri atas 41 belahan yang oleh pengarangnya didiberi istilah mozaik.Mozaik-mozaik dalam novel ini mence ritakan alur kehidupan tokoh utama Enong dan Aku (Ikal). Jumlah alur dalam novel ini intinya terdiri dua alur yaitu alur utama yang menceritakan kehidupan tokoh Enong dan alur perhiasan yang menceritakan kehidupan tokoh Aku. Pada satu titik kedua alur itu bertemu (saat pertemuan tokoh Enong dan Aku di kantor pos pada mozaik 20 halaman 140) dan beberapa belahan atau mozaik selanjutnya, Pada pertama kisah dikisahkan kehidupan keluarga miskin. Seorang Ibu-Syalimah- dan Ayah –Zamzami- yang mempunyai tiga anak. Anak pertama berjulukan Enong yang mempunyai dua adik. Keluarga ini tetap merasa senang meskipun miskin (Mozaik 1 halaman 1-7). Cerita kemudian berlanjut dengan kematian ayah Enong alasannya yaitu tertimbun tanah longsor ketika bekerja di pertambangan timah. Peristiwa ini menghadirkan pertama konflik bagi tokoh Enong dalam kehidupannya ( Mozaik 2 halaman 11). Ia harus keluar sekolah dan mencari pekerjaan. Pilihan yang membawa aneka macam problem bagi tokoh Enong (Mozaik 4 halaman 30). Di kota ia tidak mendapatkan pekerjaan dan karenanya tetapkan pulang kembali ke desanya. Di desa ia menemukan adik-adiknya sudah keluar dari sekolah dan tidak apapun yang bisa dikerjakannya. Ia menangis dan hampir frustasi (titikpuncak). Di puncak kebingungannya ia pergi ke danau dan mendapatkan inspirasi menjadi pendulang timah (tahap permulaan pemecahan masalah), sebuah pekerjaan yang sangat berat yang selama ini spesialuntuk dilakukan oleh pria (Mozaik 9 halaman 59). Namun ternyata kasus belum benar-benar teratasi. Permasalahan gres muncul, yaitu susahnya mencari timah. Enong harus masuk ke hutan untuk mencari timah, ditipu oleh juru taksir timah (Mozaik 11 halaman 75) dan hampir dibunuh oleh pendulang timah yang lain (Mozaik 13 halaman 86). Semua penderitaan hidup tak membuat Enong menyerah. Ia tetap berusaha dan berjuang. Bahkan semangat untuk berguru dan menegakkan harkat diri tak pernah luntur. Ia berguru bahasa Inggris di sela-sela bekerja (Mozaik 11 halaman 71). Bahkan Enong tetapkan untuk mengikuti kursus bahasa Inggris (Mozaik 20 halaman 143). Tokoh utama kedua dalam novel ini yaitu tokoh Aku (Ikal). Pada belahan pertama Tokoh saya diceritakan tinggal sendiri di rumah kontrakan dan mengenang sosok ayahnya yang sangat mengasihi dan tipe pekerja keras (Mozaik 3 halaman 22-24). Bagian ini menceritakan sosok saya dan pertama mula permasalahan yang dihadapi tokoh aku. Aku tetapkan berpisah dengan orang tuanya alasannya yaitu ayahnya tidak menyetujui tokoh saya berkeluarga dengan gadis Tionghoa (A Ling) alasannya yaitu perbedaan agama (Mozaik 8 halaman 54-57). Sesudah dibujuk dan didiberi kabar bahwa ayahnya sakit keras, tokoh saya pulang kembali ke rumah (Mozaik 19 halaman 128-129). Di rumah tokoh saya menghadapi permasalahan tuntutan ibunya biar tokoh saya mencari pekerjaan (Mozaik 19 halaman 131). Ketika akan mengirim surat lamaran ke Jakarta dan mengirimkan lewat kantor pos, tokoh saya bertemu dengan Enong (Mozaik 20 halaman 140). Enong pada karenanya mempersembahkan pesan yang tersirat biar tokoh saya sabar dalam menghadapi aneka macam permasalahan dalam kehidupan tokoh aku. Tokoh saya menghadapi permasalahan mencari pekerjaan (Mozaik 19 halaman 131) , menghadapi permasalahan dalam percintaan (Mozaik 21 halaman 151), dan menghadapi permasalahan tinggi tubuh dan krisis kepercayaan (Mozaik 31 halaman 221 -230). Enong menyadarkan bahwa permasalahan yang dihadapi tokoh saya tidak lebih berat dari permasalahan yang dihadapinya. Namun, Enong menghadapi permasalahan hidup dengan sabar dan pantang mengalah (Mozaik 35 halaman 262). Struktur alur kisah ini bila dibaca sekilas tampak meloncat-loncat antara menceritakan tokoh Enong dengan segala permasalahan kehidupannya dan tokoh Aku yang menghadapi permasalahan lain. Kisah Enong (tanpa kehadiran tokoh Aku) diceritakan pada Mozaik 1, 2, 4, 6, 9, 11, dan 13. Kisah tokoh Aku (tanpa kehadiran Enong) diceritakan pada Mozaik 3, 5, 7, 8, 10, 12, 14, 17, 18, 19, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 28, 29, 31, 34, 39, 40, dan 41). Namun, bila dicermati lebih dalam justru sebaliknya. Ada korelasi yang erat antara kisah Aku dengan kisah Enong. Kedua tokoh itu diceritakan dalam satu mozaik (kedua tokoh hadir pada satu mozaik) yaitu pada mozaik 16, 20, 21, 30, 32, 33, 35, 36, 37, dan 38. Kisah saya sebagai Alur perhiasan sebagaimana dilukiskan di atas sangat berperan dalam mengedepankan makna yang akan disampaikan oleh pengarang melalui alur utama pada kisah kehidupan Enong. Tokoh saya “spesialuntuk” menghadapi “permasalahan enteng” yaitu tinggi tubuh (fisik), menghadapi rasa cemburu dalam percintaan, dan permasalahan mencari pekerjaan namun mempunyai ijazah tinggi dan pintar berbahasa Inggris. Sedangkan Enong yang masih kecil dan lemah menghadapi permasalahan yang jauh lebih berat. Enong ditinggal mati ayahnya, keluar dari sekolah, mencari pekerjaan untuk menghidupi adik-adiknya, dan menghadapi usaha pembunuhan oleh preman bayaran. Enong bisa menghadapi permasalahan-permasalahan yang berat itu. Enong mengajarkan kepada tokoh Aku untuk sabar dan berjuang mengatasi tiruana permasalahan dalam hidup. Seperti yang dikatakan Enong kepada tokoh Aku “ Janganlah berputus asa. Lihatlah Kakak, ni, dari kecil Kakak susah. Cobaan hadir bertubi-tubi, tapi mana pernah Kakak patah harapan. Tak pernah! Hidup ini harus tabah. Memang benar badanmu pendek, tapi muengkau tak jelek-jelek betul. Paling tidak, kamu lihai berbahasa Inggris! “ (Mozaik 35 halaman 262). INI makna niatan, intentional meaning, pengarang: Hidup bisa menghadirkan aneka macam macam cobaan dan penderitaan, tetapi insan tidak boleh mengalah dan kalah. Manusia harus sabar dan terus berjuang mengatasi segala permasalahan dalam kehidupannya. Andrea Hirata melalui karya ini bersimpati dan mempersembahkan penghormatan tinggi terhadap mereka yang berani menghadapi permasalahan, tabah, terus berjuang untuk mengatasi aneka macam cobaan dan permasalahan kehidupan. |
Jika kita membandingkan kedua teks esai tersebut dari aspek pengetahuan maka sanggup kita simpulkan bahwa teks esai 1 termasuk dalam teks esai paparan yang bertujuan untuk menerangkan atau memaparkan lebih rinci suatu hal kepada pembaca. Tujuan utama esai ini untuk mengedukasi maupun mempersembahkan informasi kepada pembaca.
misal dalam teks:
Terlepas dari sihir atau tidak, kepercayaan masyarakat Aceh kepada thabib akan kesembuhan penyakit yang dideritanya sangat besar pada kepribadian pasien. Terlebih masyarakat awam, lebih mempercayai pengobatan yang bersifat alamiah dari pada seorang dokter seorang jago sekalipun. Dalam pengobatannya thabib ini spesialuntuk membacakan beberapa mantra kesembuhan atau dalam bahasa Aceh disebut dengan meurajah. Tingkat kemanjuran mantra ini sangat dipengaruhi oleh sobat erat (para jin), namun ada juga beberapa thabib yang spesialuntuk menggunakan media ayat-ayat suci Al-Quran untuk kesembuhannya. Di Aceh sendiri tercatat beberapa daerah yang sangat kental ilmu kabhatilan tersebut di antaranya Pantai Barat Selatan, Sinabang, Aceh Tengah, namun hingga ketika ini belum ada data yang real yang bisa menyimpulkan keberadaanya. |
Sedangkan dalam teks esai 2 termasuk dalam teks argumentatif bertujuan untuk meyakinkan pembaca untuk mendapatkan ide, pandangan, sikap, maupun kepercayaan penulis terhadap suatu isu atau permasalahan. Esai argumentatif akan berusaha mengungkapkan kebenaran dari suatu inspirasi dengan motif biar nantinya pembaca pada karenanya akan berpihak pada penulis dan berbuat sesuatu berdasarkan opini yang terdapat dalam esai tersebut.
“Was dich nictht umbringt, macht dich nur starker” dalam bahasa Inggris yaitu “what dosen’t kills you, makes you stronger”. Dalam Bahasa Indonesia “apa yang tidak sanggup membunuhmu, menciptakanmu kuat” (Friedrich Wilhelm Nietzsche dalam Aprinalistria, 2015). Cobaan dan penderitaan hidup dihentikan membuat putus asa. Harus dihadapi dengan tabah. Demikianlah, seharusnya insan menghadapi permasalahan dalam kehidupan. Kenyataan hidup harus dihadapi. Manusia harus berani mengambil keputusan atau pilihan hidup dengan aneka macam risikonya. Itulah yang dilakukan Enong (tokoh) dalam kisah hidupnya. Tokoh sudah mengambil keputusan untuk menghadapi cobaan hidup dengan penuh keberanian dan ketabahan. Begitulah makna yang tertangkap setelah membaca Padang Bulan novel pertama dwilogi Padang Bulan karya Andrea Hirata yang diterbitkan oleh Penerbit Bentang Yogyakarta cetakan kesebelas, Februari 2017. |
Jika kita membandingkan kedua teks esai tersebut dari pandangan penulis pada teks 1 penulis mencoba memaparkan isi esai tersebut berdasarkan apa yang ada dalam pemikirannya hal ini terbukti dengan tidak adanya fakta-fakta yang akurat ihwal data atau sumber yang digunakan dalam teks. Pada teks 2 penulis lebih kritis dalam mempersembahkan argumen dengan sumber-sumber yang lebih jelas. misal yang terdapat dalam teks.
Teks 1
Pada lirik mantra tersebut terang disebutkan bahwa neurajah ini keseluruhan menggunakan media menolong berupa alam ghaib menyerupai pada kalimat yang paling bawah “Di hadapan Raja Diwa Hong Saidi”. Jelas bukan, Raja Diwa Hong Saidi yaitu sosok pemimpin jin di dunia jasus yang dipercaya masyarakat Aceh mau menolong mereka. Sama halnya yang ditampilkan di televisi, thabib di Aceh juga perlu sesajen untuk medianya. Tapi perlu digarisbawahi bahwa tidak keselurahan dari thabib di Aceh yang menggunakan sesajen spesialuntuk digunakan bagi paranormal atau lebih tepatnya disebut dukun yang terdapat di pedalaman. Penyakit yang bisa disembuhkan oleh thabib ini sangat bermacam-macam mulai dari penyakit yang enteng hingga parah sekalipun, seorang thabib bisa menyembuhkannya dalam kurun waktu tidak lebih dari sebulan. Jika dalam kurun waktu tersebut tidak kurun sembuh maka thabib akan menyampaikan “hana ubat” (tidak ada obat), percaya atau tidak? penyakit yang tergolong enteng di antaranya yang bisa disembuhkan oleh thabib berupa kesurupan, demam, sakit perut, sedangkan penyakit parah berupa kanker ganas, watu ginjal tetap harus dengan sumbangan dunia medis modern. Namun guahnya para thabib ini tidak melaksanakan operasi melainkan spesialuntuk dengan beberapa mantra yang diucapkan. |
Teks 2
Struktur alur kisah ini bila dibaca sekilas tampak meloncat-loncat antara menceritakan tokoh Enong dengan segala permasalahan kehidupannya dan tokoh Aku yang menghadapi permasalahan lain. Kisah Enong (tanpa kehadiran tokoh Aku) diceritakan pada Mozaik 1, 2, 4, 6, 9, 11, dan 13. Kisah tokoh Aku (tanpa kehadiran Enong) diceritakan pada Mozaik 3, 5, 7, 8, 10, 12, 14, 17, 18, 19, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 28, 29, 31, 34, 39, 40, dan 41). Namun, bila dicermati lebih dalam justru sebaliknya. Ada korelasi yang erat antara kisah Aku dengan kisah Enong. Kedua tokoh itu diceritakan dalam satu mozaik (kedua tokoh hadir pada satu mozaik) yaitu pada mozaik 16, 20, 21, 30, 32, 33, 35, 36, 37, dan 38. |
- Menganalisis sistematika dan kebahasaan Koreksi esai
a. Penggunaan bahasa yang bersifat denotatif. Kata-kata yang digunakan dengan kalimat pendek sesuai dengan kebutuhan, pemakaian kata seperlunya dan tidak berlebihan.
b. Penggunaan kata kerja material atau kata kerja yang terkait dengan melaksanakan aktivitas atau tindakan.
misal:
1) Seorang thabib bisa menyembuhkannya dalam kurun waktu tidak lebih dari sebulan.
2) Namun ada juga para masyarakat Aceh yang menggunakan jasa thabib untuk memmenolong menemukan barang mereka yang hilang.
c. Kalimat fakta yang mendukung argumen yang sanggup kita kaitkan dari fenomena yang terjadi dalam kehidupan masyarakat.
misal:
Terlepas dari sihir atau tidak, kepercayaan masyarakat Aceh kepada thabib akan kesembuhan penyakit yang dideritanya sangat besar pada kepribadian pasien. Terlebih masyarakat awam, lebih mempercayai pengobatan yang bersifat alamiah dari pada seorang dokter seorang jago sekalipun. (Oleh Yuli Sabarina)
UNDUH FILE WORD RPP TEKS KRITIK DAN ESAI KLIK https://drive.google.com/open?id=1B1EHfRjZOf39it8V53i5eiL3m7oHAz_o
BACA DAN UNDUH RPP KELAS XII Sekolah Menengan Atas SEMESTER 2 TAHUN PELAJARAN 2018/2019 BAHASA INDONESIA KURIKULUM 2013 EDISI REVISI
RPP Kuriikulum 2013 edisi revisi dilengkapi lampiran materi dan penilaian, berorientasi HOTS, membuatkan 4C, Literasi, PPK
1. RPP TEKS ARTIKEL KD 3.10 DAN 4.10 KLIK anakdidikcerdassekali.blogspot.com/search?q=rpp-bahasa-indonesia-teks-artikel-kelas
2. RPP TEKS ARTIKEL KD 3.11 DAN 4.11 KLIK anakdidikcerdassekali.blogspot.com/search?q=rpp-bahasa-indonesia-teks-artikel-kelas
3. RPP TEKS KRITIK DAN ESAI KD 3.12, 4.12, 3.13, DAN 4.13 KLIK anakdidikcerdassekali.blogspot.com/search?q=rpp-bahasa-indonesia-teks-artikel-kelas
4. RPP BUKU PENGAYAAN KD 3.14 DAN 4.14 KLIK anakdidikcerdassekali.blogspot.com/search?q=rpp-bahasa-indonesia-teks-artikel-kelas
Tag :
RPP 2018/2019
0 Komentar untuk "Rpp Teks Kritik Dan Esai Kelas Xii Semester 2 Kurikulum 2013 Edisi Revisi"